Thursday, June 7, 2012

Memaknai Hidup

Berbicara tentang hidup, ada beberapa hal yang gw pikirkan di dalam hidup ini.
Gw membiasakan diri dr dulu untuk melihat sesuatu dimulai dari pertanyaan dasar, yaitu What? Why? How?

Di dalam perenungan itu, gw mencari-cari arti hidup. Hidup itu apa sih? Kenapa harus mikirin hidup? Kalau sudah tahu "apa itu hidup" dan "mengapa harus hidup", harus disimpulkan lagi di dalam "bagaimana kita hidup".

Selama gw "hidup", dari kecil, dididik di dalam keluarga yang harmonis, berkecukupan ekonomi, dengan sedikit cekcok yang mewarnai dan membekasi hidup gw, sehingga membentuk gw sebagaimana sampe sekarang. Perbuatan baik menjadi hal yang ditekankan. Gw diajarin untuk jadi orang yang baik, karena itu warisan dari yeye (kakek) gw. Kakek gw dikenal dengan orang yang baik selama hidupnya. Seluruhnya dilakukan untuk satu tujuan: supaya orang-orang sekitarnya gak dapet susah. Mulia sekali.... Namun, ketika itu diajarkan ke gw, gw bukan jadi orang yang lebih baik, namun gw jadi coward, apapun gak berani, bahkan untuk lihat mata orang lain aja gak berani. Melankolis!

Sempat-sempat saking melankolisnya, denger lagu sedikit aja dulu udah bisa keluar air mata. Gw dikenal dengan istilah "banci" di tengah sodara-sodara gw.
Anehnya..... Gw sedikitpun tidak merasa sedih!

Perangai gw sejak kecil sampai sekarang tidak terjelaskan. Di dalam keadaan gw waktu itu, gw mencoba untuk menjadi orang yang berbeda. Dari Melankolis, gw mencoba untuk hidup radikal! Gw sempat jadi orang yang cool, calm, rebellious, cold-heart. Namun, semuanya itu gak ada maknanya. Masi aja ada kekosongan yang mengisi.


Usaha mencari makna dan identitas hidup masa remaja, gw temukan sia-sia. Perubahan yang gw kerjakan, bukan perubahan at all. Ini ironi ya, ketika gw mencari perubahan hidup, bahkan yang terjadi bukan perubahan, tapi kebodohan-kebodohan.

Satu hal yang gw simpulkan di dalam pencarian identitas hidup, sebenarnya identitas hidup itu gak bisa dicari. Gak bisa diusahakan. Seluruh usaha manusia di dalam mencari something under the same sun itu... Pengkhotbah bilang "is in vain" alias, sia-sia. Maka, ketika tahu hidup ini punya siapa. Kita harus cepet-cepet kembalikan semua definisi ke pemberinya, yaitu Tuhan.

Kok nyambung cepet amat ya ke Tuhan? Ya...
Satu hal yang dari awal kita lupa itu ya Tuhan. Segala sesuatu dimulai dari Dia.
Segala sesuatu diciptakan oleh Dia.
Perubahan juga dimulai dari Dia.
Perubahan hidup, pencarian makna hidup, menghidupi hidup, harus selalu kembali ke Dia.

Siapa Tuhan?
Dia yang menebus gw. Dia yang menyelamatkan gw dari lubang yang sangat dalam. Ketika gw mencari makna hidup tanpa Tuhan, secara gak sadar gw sedang menggali lubang kuburan untuk diri sendiri.
Kembalilah kepada Tuhan. Bertobatlah! Hidup untuk Tuhan jadi hidup yang benar.

How should then we live??


1 comment: