Thursday, November 3, 2016

Demonstrasi 4 Nov 2016

Banyak orang yang bilang, kejadian besok akan terjadi seperti Mei '98.

Tapi menurut gw beda lah.. Pasti gak sama..

Secara latar belakang jelas berbeda. Mei '98 itu mahasiswa yang beraksi, sedangkan yang besok itu sekelompok orang dari luar Jakarta yang bakal rameinnya. Mereka gak ngerti dan gak mau buka mata terhadap rekam jejak. Pertanyaan mengapa mereka "outsource" pasukan (nasi bungkus) dari luar muncul di otak gw. Kenapa mereka harus outsource? Jawabannya ya karena orang Jakarta sudah puas dengan kinerja Ahok, dan males gituan. Mereka sudah pintar lah.

Kuasa pendidikan (mahasiswa) jauh lebih kuat daripada kuasa "agalitik" (agama yang ditunggangi politik). Karena selagi ada uang, disitu ada tenaga, kalau uang habis, mereka tidur. Ada perbedaan kualitas yang tidak bisa dibandingkan antara agama dengan idealisme mahasiswa. Idealisme mahasiswa ga bisa dibayar sama uang. Idealisme mahasiswa hanya bisa dibayar dengan darah.

Hal yang lebih berpotensi itu, mahasiswa yang ngerti agama dan dapat paham agama tertentu. Mereka akan jadi ujung tombak yang bisa membelah sejarah. Paham apa yang dianut sekelompok mahasiswa, itu yang jadi darah yang mendidih dan mengalir di tubuh mereka. Problemnya paham apa yang diisi di otak mereka. Syukur lah dengan diundangnya cendikiawan agama ke Istana Presiden, kita tahu bahwa mereka ini ada di sisi NKRI yang merupakan harga mati.

Jadi, jangan kuatir lah untuk acara besok. Mereka bukan cendikiawan kok. Mereka dari luar, mereka cm besok aja. Gak ada dampak yang besar banget lah yang terjadi. Paling banter gedung, sampah, dan taman yang rusak. NKRI gak akan rusak.

HY

Monday, September 26, 2016

#1 Anies - Analisa Singkat Tentang Pilkada DKI 2017-2022

Analisa setelah baca buku Screwtape Letternya CS Lewis tentang polemik calon gubernur DKI..
Selama Anies jadi Mendikbud, Anies banyak memengaruhi orang-orang penting dan anak muda yang punya banyak simpatisan mereka, contohnya:
1. Edward Suhadi - professional photographer, udah 15-20 tahunan bergelut n punya banyak cabang, mulai dari nol.
2. Ainun Najib - penggagas hackhaton merdeka, lomba bikin software dalam negeri utk pantau pemilu, harga sembako, dll
3. Panji Pragiwaksono - komika yang sekarang mulai bergelut di bidang politik,
4. Ernest Prakasa - komika keturunan tionghoa yang gak suka kekerasan di dalam pendidikan dan paling vokal mendukung hak anak yg ga boleh dipukul (yang ini masih harus diconfirm lagi)
5. Hans Yulizar Sebastian - gak perlu dijelaskan lagi saking terkenalnya.. :v
Maka tidak heran jabatan mendikbud 1,5 tahunnya memang gak ada bentuk nyata di kurikulumnya. Dia main belakang, maka waktunya Anies banyak utk menggalang kaum muda untuk nyapres 2019/ 2024..
Analisa gw: Waktu ditengking dari mendikbud, dia putus asa jadi presiden. Eh belakangan ini lagi ada hal-hal yang begini, dia ditawarin oleh sosok yang gemuk, lucu dan seperti pasukan berkuda, untuk menjadi gubernur (sesuatu yg lebih kecil dan lebih mungkin dikerjakan). Hasrat rakus Anies dikorek lagi seperti borok, nikmat banget seperti garuk-garuk luka yang sudah kering.
Kemungkinan besar jika Anies jadi gubernur, dia akan pasif juga seperti terdahulunya, karena hasratnya bukan jadi gubernur, namun presiden.
Ujung2nya mgkn bukan Anies yang dicocok hidungnya, namun dia bisa jadi orang yang menunggangi partai.
*bis baca Screwtape Letter C.S. Lewis dan bikin gw berpikir lebih keras lagi tentang bgmn strategi iblis

Wednesday, March 23, 2016

Kisah PLAT KUNING (K) vs PLAT HITAM (H) di hadapan Ibu Guru (IG)

Setelah saya ngobrol-ngobrol singkat dengan rekan kerja senior mengenai apa yang terjadi kemarin di Ibukota tercinta.. Saya terinspirasi untuk membuat cerita. Mungkin cerita ini bukan cerita yang bagus, namun cerita ini langsung saya buat karena saya sangat terinspirasi dengan analogi sederhana yang mendalam.. Silakan dinikmati...

Kisah:
K: Bu guru! Bu guru! Hitam nakal Bu! Tuh liat aja dia ke sekolah pake baju bebas! Keluarkan dia dari sekolah!
IG: Oh ya? Mana orangnya? (sambil menyeret-nyeret Hitam)
K: Ini bu orangnya!
IG: Kuning! Mana segaramnya? Kamu tahu kamu lagi dimana?
H: Di sekolah Bu..
IG: Kamu tahu peraturannya kalau baju harus segaram! Mana segarammu?!
H: Saya belum ada Bu, ribet urusnya, aku beli di Koperasi disuruhnya ribet Bu.
IG: Wah nanti saya coba atur dengan Koperasi.

(IG berjalan ke koperasi)

IG: Koperasi, apa betul Hitam pernah ingin beli baju seragam?
Koperasi: Iya bu namun requestnya tidak sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku.
IG: Aturan apa itu?
Koperasi: Hmm... itu loh bu... Dia tidak bawa cukup uang...hmm… iya bu! Betul dia tidak cukup uang..
IG: Memang bajunya berapa harganya?
Koperasi: Hmm... Ini bu sebentar saya liat dulu (Sambil ga jelas mengalihkan)... Ini bu.. 100 juta Bu....
IG: Gila kamu! Masak seragam 100 juta! Dimana-mana paling mahal 100ribu!
Koperasi: Ok bu... ok baik baik saya akan atur...
IG: Atur ndasmu! Sini saya beli 100ribu!

(akhirnya IG membeli dan memberikannya ke Hitam)

IG: Ini seragammu Hitam, kamu harus bayar saya 100ribu!
H: Baik bu, terima kasih banyak...

K: Ibu pilih kasih!! Sini hitam! Saya bunuh kamu!

*kemudian K memukuli H sampai bonyok di depan teman-temannya, kemudian dilerai oleh security  dan IG sendiri.

IG: Kalau masih lanjut begitu, bukan Hitam yang saya keluarkan tapi kamu saya keluarkan, Kuning!
K: maaf bu maaf. Saya kalap..

Dan akhir cerita si K malu dan berkata "kalau begitu kalian teman-teman saya traktir makan deh seharian ini! Sehari aja ya! Gak berkali-kali! Tanpa syarat!"

Kemudian teman-temannya terpilah jadi dua..
Teman yang pintar: "Kok gitu ya berubah drastis.." -- Teman yang melihat lebih tajam mengenai kasus ini
Teman yang bodoh: "Wah saya akan naik! Mumpung gratis!" -- Pasukan nasi bungkus

Analogi-analogi:
Baju bebas: Illegal, tidak sesuai peraturan yang ada
K: Perusahan yang memiliki mental persaingan yang buruk
H: Perusahaan yang menggunakan setiap kesempatan illegal untuk mendapat untung
Koperasi: Anggota anggota pemerintah (kebanyakan sih DPR) yang mau ambil untung secara bodoh
IG: Orang-orang yang berhubungan dengan hukum yang HARUSNYA mengerti regulasi, peraturan, dan grasi.
Teman-teman: masyarakat Jakarta dan sekitarnya..
Traktir sehari: Gratiskan jasa sehari. Hahaha

Refleksi:
Teman macam apakah kita? Bagaimana kita menanggapinya?
Teman bodoh? Atau teman pintar? Pikirkan sendiri dan putuskan sendiri!

Saya percaya pencitraan yang dilakukan perusahaan lama lebih bagus, dan saya sangat tidak yakin supir-supir yang merupakan pekerja (kaum marginal) dapat menginisiasi gerakan sebesar itu. Siapa yang mengumpulkan massa sebanyak itu? Darimana powernya? Bagaimana persuasi mereka? Saya sangat yakin ada oknum penting (bukan orang kecil!) yang ada di balik semua ini.