Sukacita.
Siapakah manusia sehingga mereka diberikan kemampuan untuk tertawa?
Siapakah manusia sehingga mereka diberikan rasa gembira?
Siapakah manusia sehingga mereka memiliki selera humor?
Mari kita memikirkan esensi dari sukacita. Apa itu sukacita?
Saya rasa, sukacita merupakan keadaan dimana segala kebutuhan yang ada di dalam diri ini seperti dipenuhi, meskipun secara realita, masih banyak kekurangan. Mensyukuri kekurangan -- mungkin itu definisi saya mengenai sukacita.
Sukacita tentu berbeda dengan senang.
Sukacita mengandung unsur ketenangan, kesenangan mengandung unsur ketegangan.
Sukacita lebih lama, kesenangan lebih sementara.
Sukacita tidak bisa direbut oleh siapapun kecuali diri kita, kesenangan mudah runtuh.
Sukacita tidak tergantung oleh seberapa sulit kita berada, kesenangan sangat bergantung kepada keadaan.
Joy and happiness are two different things. They both expressed in our face, but only joy can be felt in our heart.
Meskipun demikian, kesenangan bukanlah hal yang salah. Bersenang-senangpun (hal yang sering dianggap tabu oleh orang-orang beragama) bukanlah hal yang salah juga. Terkadang di dalam pemikiran ekstrim kita, kita memisahkan dengan ekstrim juga antara sukacita dan kesenangan.
Berhati-hatilah dengan pemikiran kita. Jangan menjadi orang yang hidup di dalam kesempitan "pengajaran" agama. Jadilah orang yang bijaksana, karena Tuhan menciptakan kita untuk menikmati setiap anugerahNya di dalam sukacita dan kesenangan yang penuh!
No comments:
Post a Comment