Kalimat ini merupakan kalimat yang bisa kita lihat di dalam
berbagai cara pandang. Namun ada baiknya kita melihat dari perspektif sejarah
terlebih dahulu. Adagio ini diambil dan dipopulerkan oleh seorang Yunani
bernama Renatus di dalam bukunya De Re
Militari. Buku ini dicatat kira-kira pada abad ke-4 atau ke-5 Masehi. Motto
yang dipopulerkan oleh Renatus sangat memengaruhi
banyak sekali pemikiran-pemikiran terkemuka bahkan sampai sekarang, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Organisasi-organisasi ketentaraaan di Norwegia,
sekolah tentara di Afrika Selatan, dan banyak tempat-tempat lainnya menjadikan
kalimat ini menjadi sebuah motto yang disematkan di dalam logo mereka. Demi
menjaga keamanan sebuah negara (baca: kedamaian), diperlukan sekelompok orang yang
siap sedia untuk berperang demi menjaga kedamaian.
Bahkan negara yang tidak
memiliki angkatan perangnya saja menyewa tentara negara lain untuk berjaga-jaga
jikalau ada hal yang tidak diinginkan. Ada pula negara yang merasa “iba” kepada
negara tertentu dan dengan “gratis” memberikan pasukannya untuk membantu mereka
di dalam berperang, meskipun saya percaya tidak ada yang gratis di dunia ini
(setidaknya untuk saat ini). Dari sisi sejarah maupun sisi militer, peperangan
itu menjadi sesuatu yang sangat real.
Ironinya, di dalam kehidupan
kerohanian kita, kita menganggap peperangan itu tidak real. Padahal, Tuhan
mengatakan peperangan terbesar bukanlah peperangan antara bangsa, namun yang
terbesar adalah peperangan antara Tuhan dan Setan. Sebagai orang Kristen kita
dijamin menang di dalam Kristus, namun kita seolah hidup mengabaikan hal ini.
Kepastian kemenangan kita menjadi satu alasan kita untuk hidup “santai” dan tidak
merasa perlu Tuhan. Namun sadarkah kita, kita dimandatkan Tuhan untuk berperang
bagi kerajaanNya, dengan berperang melawan diri, melawan dosa-dosa, melawan
kuasa jahat yang terus membuat kita dan sesama kita jauh dari dosa?
No comments:
Post a Comment